BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masyarakat selama ini menganggap
penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker.
Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan dan kejadiannya di
masyarakat terus meningkat. Chronic Kidney Disease (CKD) atau
penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang
berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi klien
dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang
(Syamsiah, 2011).
Ginjal adalah salah satu organ utama
sistem kemih atau uriner (tractus
urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme
dari dalam tubuh. Fungsi ginjal secara umum antara lain yaitu sebagai filtrasi,
pada akhirnya ginjal akan menghasilkan urine, keseimbangan elektrolit,
pemeliharaan keseimbangan asam basa, eritropoiesis
dimana fungsi ginjal produksi eritrosit, regulasi kalsium dan fosfor atau
mengatur kalsium serum dan fosfor, regulasi tekanan darah, ekresi sisa
metabolik dan toksin. Akibat dari berbagai penyebab dari gangguan ginjal dapat
menurun fungsinya sehingga tidak berfungsi lagi yang di sebut dengan gagal
ginjal (Yakobus, 2009).
Chronic
Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal
progresif yang irreversibel ketika
ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan, dan
elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
pertumbuhan jumlah klien gagal ginjal pada tahun 2011-2013 telah meningkat 50%.
Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat klien gagal ginjal yang
cukup tinggi. Menurut data survei yang dilakukan PERNEFRI 2013 ini mencapai
30,7 juta penduduk yang menderita penyakit CKD (Kartika, 2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada
tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit gagal ginjal kronis berdasarkan
diagnosis dokter prevalensi gagal ginjal kronis pada pria di Indonesia sebesar
0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2 persen. Riskesdas juga
melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis terbesar terdapat pada klien berusia
≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6 persen. Di DKI jakarta menduduki peringkat kelima
sebanyak 1087 yang menderita penyakit CKD dari 31 provensi di indonesia
(Riskesdas, 2013).
Di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ),
data klien CKD pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2016 terdapat
145 klien. Ruang Melati sebagai perawatan umum di rumah sakit Islam Jakarta
masuk ke10 penyakit terbanyak selama tiga bulan terakhir (Januari sampai Maret
2016) yaitu menempati urutan ke sembilan penyebab klien mengalami rawat inap
(RSIJ, 2016).
Masalah keperawatan yang didapat pada
klien CKD ditinjau dari gangguan kebutuhan dasar yaitu, Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pada
klien CKD cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat
diatas normal, adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium. Kebutuhan cairan
CKD terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontrol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal
pada penyakit ginjal tahap akhir. Kebutuhan nutrisi merupakan proses pemasukan
dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Pada penyakit CKD sistem pencernaan
cenderung ditemukan adanya Anoreksia,
nausea dan vomitus, yang berhubungan
dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus. Keadaan CKD mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang
salah satunya adalah ureum.
Kebutuhan
aktivitas Pada klien CKD abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu,
metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal
balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG
menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum
menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada
CKD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun. Pada klien CKD cenderung
ditemukan, mudah lemas, konjugtiva pucat, cepat lelah beraktivitas, energi
berkurang. Dari uraian gangguan pemenuhan kebutuhan dasar dapat ditegakan
masalah keperawatan perubahan pola napas, kelebihan volume cairan, gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Intoleransi aktivitas (Potter dan
Patricia, 2010; Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC,2015).
Jika
pemenuhan kebutaha dasar dan masalah keperawatan ini tidak ditangani berpotensi
terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering timbul pada CKD adalah hiperkalimia,
perikarditis, hipertensi, anemia, dan penyakit tulang. Penatalaksanaan untuk mencegah
komplikasi dan mengatasi masalah keperawatan serta terapi untuk menggantikan
fungsi ginjal yang telah rusak yaitu pembatasan makanan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, diet rendah protein
(Doengoes, 2012, Nursalam , 2008).
Di
masa yang akan datang, penyakit ini di prediksi akan terus bertambah jumlah
kliennya sehingga di butuhkan perawatan yang optimal. Perawat sebagai salah
satu tim kesehatan mempunyai peran sebagi tim asuhan keperawatan pada klien CKD
yang melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam upaya
promotif perawat berperan untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi. mengenai cara-cara pencegahan sampai dengan
komplikasi dengan membiasakan pola hidup sehat dengan cara rajin berolah raga
dan menghindari minuman beralkohol, rokok dan zat-zat kimia yang berbahaya.
Upaya preventif perawat memberikan perawatan kepada klien dengan memantau
cairan dan elektrolit yang seimbang, dan tanda adanya perubahan fungsi
regulator tubuh serta membatasi cairan klien. Peran perawat dalam upaya kuratif
yaitu berkolaborasi dalam menyiapkan tindakan hemodialisa dan memberikan obat.
Peran perawat dalam upaya rehabilitative yaitu mempertahankan keadaan klien
agar kondisi tidak bertambah berat atau mencegah terjadinya komplikasi yang
tidak diinginkan dengan patuh pada terapi dan pembatasan aktivitas.
Berdasarkan
uraian diatas penulis ingin mendapatkan pengalaman yang nyata dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada klien CKD melalui proses Asuhan Keperawatan, sehingga
penulis melakukan studi kasus dan menguraikan hasil karya tulis ilmiah tersebut
dengan judul : Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada klien Tn.DJ dengan Chronic Kidney Disease di Paviliun
Melati RSIJ Cempaka Putih.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan
Umum
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini
dibagi menjadi dua, yaitu : Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini diharapkan
penulis dapat menguraikan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pemenuhan dasar klien dengan CKD.
2. Tujuan
Khusus
a. Mampu
menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) khususnya pada Tn. D di Paviliun
Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
b. Mampu
menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada
Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
c. Mampu
menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar klen dengan CKD
khususnya pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih.
d. Mampu
menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya
pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
e. Mampu
menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn.
DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
f. Mampu
mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus kebutuhan
dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih.
g. Mampu
mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusi
kebutuhan dasar klien dengan CKD khususnya pada Tn. DJ di Paviliun Melati Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
C. Ruang lingkup
Ruang
lingkup laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien kelolaan yang dilakukan selama 3x24 jam dengan pemenuhan kebutuhan
dasar pada klien Tn. DJ dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
Jakarta dari tanggal 03 - 05 juni 2016.
D. Metode penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah penulis
menggunakan metode deskriptif dan study kepustakaan.
1. Study
kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari dari buku-buku catatan
serta literatur yang berkaitan dengan judul karya tulis ilmiah ini.
2. Metode
deskriptif
Yaitu
dengan menjabarkan hasil asuhan keperawatan melalui pengkajian, menentukan diagnosa,
mencatat perencanaan, pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.
E. Sistematika penulisan
Dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu:
BAB
1 : Pendahuluan
Meliputi
latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri tujuan umum, tujuan
khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II :
Tinjauan Teoritis
Meliputi
pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan kebutuhan dasar, manisfestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan).
BAB
III : Tujuan Khusus
Merupakan
laporan hasil pemenuhan kebutuhan dasar pada klien Tn.DJ dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) selamaa 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diangnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan.
BAB IV :
Pembahasan
Merupakan
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus dari mulai
pengkajian keperawatan, diangnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan serta solusi-solusi untuk
mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang terjadi.
BAB
V : Penutup
Kesimpulan
: Merupakan tulisan singkat mengenai pemenuhan kebutuhan dasar dengan Gangguan
Sistem Perkemihan khususnya masalah CKD.
Saran
: Merupakan suatu masukan positif yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan khususnya di bidang asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan
dasar dengan CKD.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep
Dasar
1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CKD
menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya adalah :
a.
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi
ginjal progresif yang ireversibel ketika ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya
uremia dan azotemia (Bsyhskki, 2012).
b.
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal
yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam
kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah penyakit
ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total seperti
sediakala. CKD adalah penyakit ginjal tahap akhir yang dapat disebabakan oleh
berbagai hal. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit, yang meyebabkan uremia.
2.
Klasifikasi
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan
derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus kockrof
– gault sebagia berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi
penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajadnya.
Derajat
|
Penjelasan
|
LFG (ml/mn/1.73m2)
|
1
|
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑
|
≥ 90
|
2
|
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau ringan
|
60-89
|
3
|
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau sedang
|
30-59
|
4
|
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau berat
|
15-29
|
5
|
Gagal ginjal
|
< 15 atau dialisis
|
Sumber : Sudoyo,2015 Buku Ajar
Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Etiologi
Dibawah
ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006) diantaranya
adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipertensif,
gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter, penyakit metabolik,
nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh dari golongan penyakit
tersebut adalah :
a. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti
pielo nefritis kronik dan refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan seperti
glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular seperti hipertensi,
nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus
eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter seperti
penyakit ginjal polikistik, dan asidosis tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolik seperti diabetes militus,
gout, dan hiperparatiroidisme, serta amiloidosis.
g. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan
analgetik, dan nefropati timah.
h. Nefropati obstruktif seperti traktus
urinarius bagian atas yang terdiri dari batu, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal.
4. Ganggauan
pemenuhan kebutuhan dasar
a.
Kebutuhan
dasar manusia
Henderson
melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih
kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14
komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut
adalah sebagai berikut :
1)
Bernafas
secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2)
Makan
dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3)
Membuang
kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4)
Bergerak
dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).
5)
Tidur
dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).
6)
Memilih
pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne).
7)
Menjaga
suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah
lingkungan (kebutuhan cairan).
8)
Menjaga
tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen (kebutuhan personal
higyne).
9)
Menghindari
bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuahan
psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan
spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandung
unsur prestasi (kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan
rekreasi (kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa
penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).
Keempat belas
kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori,
yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual.
Kebutuhan dasar poin 1 – 9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14
termasuk komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual.
Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Henderson juga
menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (inseparable). Sama halnya
dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).
b.
Berikut
ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CKD,
yaitu :
1)
Kebutuhan
oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Jaringan yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk
energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk
bertahan hidup.
Pada klien Chronic Kidney Disease
(CKD) cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul),
irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal,
adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk
mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan dada yang tidak
simetris, vokal fremitus cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru,
terdengar suara dullness saat perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema
paru, dan pada auskultasi paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada
tahap lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai
akibat dari ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya
edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan cairan di
paru-paru (Potter dan Patricia, 2010).
2)
Kebutuhan cairan dan elektrolit
Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh. pada
individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. selain itu
ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk disaring menjadi urine.
Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam. Pada individu
dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di produksi
oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron,
dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss. Obligatory
loss adalah mekanisme pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk
menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang dikeluarkan selama
24 jam terakhir + 500 ml(IWL) (Suharyanto, 2013; Mubarak, 2008).
Pada klien Chronic Kidney Disease
(CKD) terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal
pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan
sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal
jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Klien
mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi
dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
3)
Kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh
yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan
yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, dan organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu dan
pankreas.
Pada penyakit Chronic Kidney
Disease (CKD) sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia,
nausea dan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan metabolisme
protein di dalam usus. Keadaan Chronic
Kidney Disease (CKD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal dalam hal
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya adalah ureum.
Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan
merangsang peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual. Faktor
uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat
pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau
amonia dan perubahan membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau
timbulnya lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam usus dapat
menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan kembung pada perut. Gagal
ginjal akan menyebabkan gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga akan
terjadi gangguan pada absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).
4)
Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat merupakan
keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak
beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. pada sistem
integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh
teraba hangat. pada klien Chronic Kidney
Disease (CKD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari
uremi fross, kulit tampak bersisik,
kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3
detik). Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi ketidakseimbangan
termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin, kulit berwarna pucat akibat adanya
anemia dan kekuning-kuningan akibat urokrom, suatu penumpukan kristal urea di
kulit (urea fross). Adanya gatal-gatal di kulit menyebabkan klien ingin
menggaruk dan akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan Patricia, 2010).
5)
Kebutuhan aktivitas
Pada klien Chronic Kidney Disease
(CKD) abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan
fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat
serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon
secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium
di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit
tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal
menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan
sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).
5. Manifestasi
klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2014) setiap
sistem tubuh pada Chronic Kidney Disease (CKD) dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka klien
akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia klien dan kondisi
yang mendasari. Tanda dan gejala klien gagal ginjal kronis adalah sebagai
berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,
tangan, sakrum), pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering,
bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas
dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan
pada mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi.
Kelemahan dan keletihan, konfusi,
disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan
perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur
tulang, foot drop.
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler.
6.
Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, klien CKD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD
menurut Suwitra (2006)
antara lain adalah :
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi
asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan
tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak
adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan
natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi
metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin
D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen
dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream
dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan
kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan
muntah.
i.
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
7. Penatalaksanaan
dan Terapi
Klien CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan
secara khusus sesuai dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan
secara umum. Menurut (Sudoyo, 2015), sesuai dengan derajat penyakit CKD dapat dilihat dalam
tabel berikut :
a. Terapi
spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan
dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat
pemburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan
dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
e. Pencegahan
dan terapi terhadap komplikasi.
f. Terapi
pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Tabel 2.2 Rencana tatalaksana
penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.
Derajat
|
LFG
(ml/mnt/1,73m
|
Rencana
tatalaksana
|
1
|
>90
|
Terapi
penyakit dasar, kondisi komoroid, evaluasi pemburukan fungsi ginjal,
memperkecil resiko kardiovaskular.
|
2
|
60-89
|
menghambat
pemburukan fungsi ginjal
|
3
|
30-59
|
evaluasi
dan terapi komplikasi
|
4
|
15-29
|
persiapan
untuk terapi pengganti ginjal
|
5
|
<15
|
terapi
pengganti ginjal
|
Sumber :
Sudoyo, 2015.
a.
Penatalaksanaa keperawatan
1) cairan
a) Klien
yang tidak didialisa
Bila ada oliguria, cairan yang diperbolehkan biasanya 400-500 ml
(untuk menghitung kelebihan cairan rutin) ditambah volume yang hilang lainya seperti
urin, diare, dan muntah selama 24 jam terakhir.
b) Klien
dialisis
Pemasukan cairan terbatas
jumlahnya sehingga kenaikan berat badan tidak lebih dari 0,45 kg/hari diantara
waktu dialisis. ini umumnya akibat dari pemasukan 500 ml sehari ditambah volume
yang hilang melalui urin, diare dan muntah.
2) Elektrolit
a) Klien
yang tidak dialisis
Pemasukam kalium harus
dibatasi 1,5-2,5 g (38,5-64 mEq)/hari pada dewasa dan sekitar 50 mg (1,9
mEq)/kg/hari untuk anak-anak.
b) Klien
yang didialisis
Ini dapat diberikan lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium
dan kalium serum normal pada Klien dengan dialisis. selama CAPD (cronik
ambulatory peritonial dealysis), kalium yang dapat diberikan sekitar 2,7-3,1 g
(70-80 mEq)/kg/hari pada anak, untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3) Diet
rendah protein untuk membatasi akumulasi produk akhir metabolisme protein yang
tidak dapat diekresikan ginjal.
4) Persiapan
yang harus dilakukan perawat sebelum operasi AV – Shunt:
a) Berikan
informasi yang jelas pada klien karena sering terjadi kesalah pahaman. Klien
sering menganggap Operasi AV-Shunt
adalah pemasangan alat untuk HD padahal hanya menyambungkan pembuluh darah yang
ada pada tubuh klien.
b) Batasan
laboratorium untuk operasi AV-Shunt
biasanya direkomendasikan dari dokter penyakit dalam dan ahli bedahnya. Selama
ini Rekomendasi untuk Periksakan laboratorium yaitu , Hb > 8 mg/dl,
Trombosit dalam batas normal, Gula Darah Sewaktu dalam batas normal untuk klien
tanpa riwayat DM dan untuk klien dengan DM harus dikonsultasikan lagi dengan
ahli bedahnya.
c) Lakukan
program free heparin sebelum dilakukan operasi, menurut literatur sebaiknya
heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan
kembali setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi
mengering.
d) Sebelum
operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris
untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke
ahli bedah. bila salah satu arteri (radilis/ ulnaris ) tidak teraba dan tidak
ditemukan dengan alat penditeksi (dopler) maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.
b. Penatalaksanaa
kolaboratif
1) Diuretik
kuat untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
2) Glikosida
jantung untuk memobilisasi cairan yang menyebabkan edema.
3) Kalsium
karbonat atau kalsium asetat untuk mengobati osteodistropi ginjal dengan
mengikat fosfat dan menambah kalsium.
4) Anthi
hipertensi (ACE inhibitor) untuk mengontrol tekanan darah dan edema.
5) Famotidin
dan ranitidin untuk mengurangi iritasi lambung.
6) Suplemen
besi dan folat atau tranfusi sel darah merah untuk anemia.
7) Eritropoitin
sintetik untuk menstimulus sumsum tulang, memproduksi sel darah merah.
8) Suplemen
besi, estrogen konjugata, dan desmopresin untuk melawan efek hematologik.
9) Terapi
dialysis (pengganti ginjal)
Dialysis digunakan untuk
mengeluarkan produk sisa cairan dan
uremik dari tubuh bila ginjal tidak mampu melakukanya.juga dapat digunakan
untuk mengobati klien dengan edema yang tidak meresponpengobatan lain, hepatic,
hiperkalemia, hiperkalsemia, hipertensi, dan dialysis peritonial, untuk
menggantikan ginjal yang tidak berfungsi.
Dialisis adalah pergerakan
cairan dan butir-butir (partikel) memlalui membaran semipermeabel. Dialisis
adalah suatu tindakan yang dapat memulihkan keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengendalikan keseimbangan
asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme dan bahan dari tubuh.
Ada tiga prinsip yang
mendasari dialisis, yaitu disfungsi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Disfungsi adalah pergerakan butir-butir (partikel)
dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi memlalui membran semipermeabel. Difusi
menyebabkan urea, kreatinin, adan asam urat dari darah klien masuk ke dalam
dialisiat.
Walaupun konsentrasi
eritrosit dan protein da;lam darah tinggi, meteri ini tidak dapat menebus
membran semipermeabel katrena eitrosit dan prtotein mempunyai mokelul yang
besar. Osmosi menyangkut pergerakan air melakui membran semipermeabel dari
tempat yang berkonsentrasi rendah ke tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas). Ultrafiltrasi adalah pergerakan cairan melalui membran
semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan. Tekanan gradien buatan
dapayt bertekanan positif (didorong) atauu negatif (ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada
osmosisi dalam mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisa. Pada saat
dialissi, prinsip osmosis, dan difusi atau ultrafiltrasi digunakan secara
simultan atau persamaan.
B.
Konsep
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan CKD
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal
dari keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Pengkajian keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo,
2015; NIC NOC, 2015 sebagai berikut :
a.
Demografi.
Klien CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai
hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat
terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang
terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b.
Riwayat penyakit yang
diderita klien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi, rematik,
hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c.
Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
Gejala :
kelelahan
ekstrem kelemahan dan malaise, gangguan tidur (insomnia/ gelisah atau somnolen).
Tanda :
kelemahan
otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala :
Riwayat
hipertensi lama atau berat, palpitasi : nyeri dada (angina)
Tanda :
Hipertensi
: nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan, nadi
lemah dan halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia yang jarang
terjadi pada penyakit tahap akhir, friction rub pericardial (respon terhadap
akumulasi rasa) pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan
pendarahan.
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor
stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya. Peran tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Menolak,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4) Eiminasi
Gejala :
Peningkatan
berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia,
Malnutrisi, kembung, diare, konstipasi.
Tanda :
Perubahan
warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berwarna. Oliguria, dapat
menjadi anuria.
5) Makanan / Cairan
Gejala :
Peningkatan
berat badan cepat (edem), penurunan berat badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri
ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tidak sedap pada mulut (pernafasan amonia),
pengguanaan diuretik.
Tanda :
Distensi
abdomen / asietas, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit. Edem
(umum, tergantung). Ulserasi gusi, pendarahan gusi / lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, tampak tak bertenaga.
6) Neorosensasi
Gejala :
Sakit
kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang : sindrom Kaki, gelisah ; kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda :
Gangguan
sistem mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketikmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma. Kejang, fasikulasi
otot, aktifitas kejang, Rambut tipis, kuku rapuh dan tips.
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri
panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki. Memburuk pada malam hari.
Tanda :
perilaku
berhati-hati dan gelisah.
8) Pernafasan
Gejala :
nafas
pendek : dipsnea, nokturnal parosimal, batuk dengan / tanpa sputum kental atau
banyak.
Tanda :
takiepna,
dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (Pernafasan kusmaul). Batuk
produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru).
9) Keamanan
Gejala :
Klit
gatal ada / berulamngnya infeksi
Tanda :
Pruritus
Demam ( sepsis, dehidrasi ; normotemia
dapat secara actual terjadi peningkatan pada klien yang mengalami suhu tubuh
lebih rendah dari pada normal ( efek CKD / depresi respon imum) Ptekie,
araekimosis pada kulit Fraktur tulang ; defosit fosfat, kalsium, (klasifikasi
metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Gejala :
penurunan
libido ; amenorea ; infertilitas.
11) Interaksi Sosial
Gejala :
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekeja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
d.
Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran klien
dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir
kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada
berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran
jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor,
ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas klien dibantu,
terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik
dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien
dengam Chronic Kidney Disease (CKD) menurut trucker, 2008; sudoyo, 2015.
1. Urinalisasi
: PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam) : volume normal, volume kosong
atau rendah, proteiurea, penurunan klirens kreatinin kurang dari 10 ml permenit
menunjukan kerusakan ginjal yang berat.
2. Hitungan
darah lengakap : penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj
SDP.
3. Pemerikasaan
urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
4. Kimia
darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida
abnormal.
5. Uji
pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan.
6. EKG :
distritmia
7. Poto
polos abdomen, bias tampak batu radio opak
8. Pielografi
intra vena jarang dikerjakan, karena
kontras tidak dapat melewati filter glomerolus, disamping kekawatiran
terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami
kerusakan.
9. Piolografi
antegrad atau retrograt sesuai dengan indikasi.
10. Pemeriksaan
lab CCT (Clirens Creatinin Test)
untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus. Untuk menilai GFR (Glomelular
Filtration Rate) / CCT (Clearance
Creatinin Test) dapat digunakan dengan rumus :
CCT ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
*) wanita hasil tersebut dikalikan
dengan 0,85
2. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada CKD menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
a. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan Ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium.
b. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diit dan ketidak
mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
c. Perubahan pola napas berhubungan
dengan hiperventilasi paru.
d. Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialysis.
f. Resiko Kerusakan
intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia.
g. Resiko penurunan curah jantung
berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja
miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan menurut Huda
dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2015).
Tabel 2.3 Rencanan Asuhan Keperawatan
NO
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan &
Kriteria Hasil
|
Intervensi
Keperawatan
|
1.
|
Kelebihan volume cairan
Definisi :
Retensi cairan isotomik meningkat
Batasan
karakteristik :
-
Berat
badan meningkat pada waktu yang singkat
-
Asupan
berlebihan dibanding output
-
Tekanan
darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
-
Distensi
vena jugularis
-
Perubahan
pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales
atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
-
Hb dan
hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis
-
Suara
jantung SIII
-
Reflek
hepatojugular positif
-
Oliguria,
azotemia
-
Perubahan
status mental, kegelisahan, kecemasan
Faktor-faktor
yang berhubungan :
-
Mekanisme
pengaturan melemah
-
Asupan
cairan berlebihan
-
Asupan
natrium berlebihan
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam volume cairan
seimbang.
Kriteria
Hasil:
Nursing outcomes classification (NOC)
: Fluid Balance
-
Terbebas dari edema, efusi,
anasarka
-
Bunyi nafas bersih,tidak adanya
dipsnea
-
Memilihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign normal.
|
Nursing
intervensi classification (NIC)
Fluid Management :
1.
Kaji status cairan ; timbang berat
badan,keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema.
2.
Batasi masukan cairan.
3.
Identifikasi sumber potensial
cairan.
4.
Jelaskan pada klien dan keluarga
rasional pembatasan cairan.
5.
Kolaborasi pemberian cairan sesuai
terapi.
Hemodialysis
therapy :
1.
Ambil
sampel darah dan meninjau kimia darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat phospor) sebelum perawatan untuk mengevaluasi respon thdp terapi.
2.
Rekam
tanda vital: berat badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah untuk
mengevaluasi respon terhadap terapi.
3.
Sesuaikan
tekanan filtrasi untuk menghilangkan jumlah yang tepat dari cairan berlebih
di tubuh klien.
4.
Bekerja
secara kolaboratif dengan klien untuk menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan cairan dan obat-obatan untuk mengatur cairan dan
elektrolit pergeseran antara pengobatan.
|
2
|
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Definisi :
Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan
karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan
ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan
BB dengan makanan cukup
-
Keengganan
untuk makan
-
Kram pada
abdomen
-
Tonus otot
jelek
-
Nyeri
abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang
berminat terhadap makanan
-
Pembuluh
darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan
atau steatorrhea
-
Kehilangan
rambut yang cukup banyak (rontok)
-
Suara usus
hiperaktif
-
Kurangnya
informasi, misinformasi
Faktor-faktor
yang berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam nutrisi
seimbang dan adekuat.
Kriteria Hasil:
Nursing outcomes classification (NOC)
: Nutritional Status
-
Nafsu makan meningkat
-
Tidak terjadi penurunan BB
-
Masukan nutrisi adekuat
-
Menghabiskan porsi makan
-
Hasil lab normal (albumin, kalium)
|
Nursing intervensi classification
(NIC)
Nutritional
Management :
1.
Monitor
adanya mual dan muntah
2.
Monitor
adanya kehilangan berat badan dan perubahan status nutrisi.
3.
Monitor
albumin, total protein, hemoglobin, dan hematocrit level yang menindikasikan
status nutrisi dan untuk perencanaan treatment selanjutnya.
4.
Monitor
intake nutrisi dan kalori klien.
5.
Berikan makanan sedikit tapi
sering.
6.
Berikan perawatan mulut sering.
7.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet sesuai terapi.
|
3
|
Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
paru
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas
adekuat.
Kriteria Hasil:
Nursing
outcomes classification (NOC) : Respiratory
Status
-
Peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
-
Bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
-
Suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
-
Tanda tanda vital dalam rentang
normal
|
Nursing intervensi classification
(NIC)
Respiratory Monitoring :
1. Monitor
rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi.
2. Catat
pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
3. Monitor
pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes.
4. Auskultasi
suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
Oxygen Therapy :
1.
Auskultasi bunyi nafas, catat
adanya crakles.
2.
Ajarkan klien nafas dalam.
3.
Atur posisi senyaman mungkin.
4.
Batasi untuk beraktivitas.
5.
Kolaborasi pemberian oksigen.
|
4
|
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam perfusi
jaringan adekuat.
Kriteria Hasil:
Nursing outcomes classification (NOC)
: Circulation Status
-
Membran mukosa merah muda
-
Conjunctiva tidak anemis
-
Akral hangat
-
TTV dalam batas normal.
-
Tidak ada edema
|
Nursing intervensi classification
(NIC)
Circulatory Care :
1. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi
sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur
ekstremitas).
2. Kaji nyeri.
3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan.
4. Atur posisi klien, ekstremitas bawah lebih rendah
untuk memperbaiki sirkulasi.
5. Monitor status cairan intake dan output.
6. Evaluasi nadi, oedema.
7. Berikan therapi antikoagulan.
|
5
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialysis.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Intoleransi
aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
Nursing outcomes classification (NOC)
: Circulation Status
-
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
-
Tanda-tanda vital normal
-
Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat.
-
Sirkulasi status baik.
|
Nursing intervensi classification
(NIC)
Activity therapy :
1. Monitor respon fisik, social dan spiritual.
2. Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek.
3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai.
4. Bantu klien/ keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.
5. Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
6. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
dalam merencakan program terapi yang tepat.
|
6
|
Resiko
Kerusakan intregritas kulit berhubungan dengan efek uremia
dan neuropati perifer.
|
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Resiko
Kerusakan intregritas kulit tidak terjadi.
Kriteria Hasil:
Nursing outcomes classification (NOC)
: Circulation Status
-
Temperatur jaringan dalam rentang normal.
-
Elastisitas dan kelembaban dalam rentang rentang normaal.
-
Pigmentasi dalam rentang normal.
|
Nursing intervensi classification
(NIC)
Skin surveilance :
1. Monitor adanya tanda – tanda kerusakan integritas
kulit.
2. Monitor warna kulit.
3. Monitor temperatur
4. Catat adanya perubahan kulit dan membran mukosa.
5. Ganti posisi dengan sering.
6. Anjurkan intake dengan kalori dan protein yang
adekuat
|
4.
Pelaksanaan
Keperawatan
Merupakan
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5.
Evaluasi
keperawatan
Perencanaan
evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan
sehari – hari dan tingkat kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut Nursalam (2008) sebagai berikut :
1. Tekanan
darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
2. Makan
makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
3. Tidak
ada kerusakan kulit dan klien melaporkan gatal berkurang.
4. Ambulasi
tanpa jatuh.
5. Bertanya
dan membaca materi tentang dialisis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam
bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar
pada klien dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) di paviliun Melati Rumah Salkit Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses
pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar selama tiga hari dari tanggal 03 Juni
sampai 05 Juni 2016. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara
dengan keluarga, tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data
dari catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi
langsung serta pemeriksaan fisik.
A.
Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian pada klien
dilakukan pada tanggal 03 Juni 2016 di paviliun melati Rumah Sakit Islam
Jakarta
1.
Identitas
Klien berinisial Tn. DJ,
usia 62 th, jenis kelamin laki-laki, Agama Islam, Suku bangsa Jawa, Warga
negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah SLTA, Status perkawinan sudah
menikah, pekerjaan pesiunan PNS, alamat Jl. Pondok ungu Blok A, kel. Kali Abang,
kec. Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Sumber biaya Jaminan
Perusahaan PBI, Sumber Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim Perawat di
Ruangan dan Status Klien.
2.
Resume
Keperawatan
Klien
masuk dari IGD pada hari Rabu, Tgl 01 Juni 2016, Jam 21:00 WIB, dibawa oleh keluarga.
Saat datang ke IGD, kesadaran compos mentis, GCS: E: 4, M: 6 V: 5 total 15,
Hasil TTV TD: 130/90 mmHg, N: 78 x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,4 °C. klien
mengatakan keluhan lemas, mengalami bengkak di tungkai bagian kaki kanan, klien
mempunyai riwayat penyakit DM, Hipertensi dan Asam urat. Klien menjalani
therapi hemodialisa di RSIJ pada setiap hari Rabu dan Sabtu sejak Tgl 25 Mei
2016. Di IGD dilakukan tindakan pemasangan Infus
dengan cairan NaCl 500 cc/24jam , kemudian dilakukan pemeriksaan lab dengan
hasil :
Tabel 3.1 Hasil
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 01 Juni 2016
Hematologi
rutin
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai rujukan
|
HB
|
L 9.4
|
G/dl
|
13.2-17.3
|
Leukosit
|
8.33
|
Ribu/µl
|
3.80-10.60
|
Hematokrit
|
L 29
|
%
|
40-52
|
Trombosit
|
177
|
Ribu/µl
|
150-440
|
Eritrosit
|
L 3.26
|
10^6/ µl
|
4.40-5.90
|
MCV/VER
|
69
|
Fl
|
80-100
|
MCH/HER
|
29
|
Pg
|
26-34
|
MCHC/AHER
|
32
|
G/dl
|
32-36
|
Kimia Klinik
|
|||
Glukosa
Sewattu
|
127
|
Mg/dl
|
70-200
|
Ureum Darah
|
36
|
Mg/dl
|
10-50
|
Kreatinin
Darah
|
H 3.1
|
Mg/dl
|
<1.4
|
Elektrolit
|
|||
Masa
pendarahan
|
1.30
|
Menit
|
1.00-3.00
|
Masa pembekuan
|
4.30
|
Menit
|
4.00-6.00
|
Klien
di pindahkan ke paviliun Melati dikamar 02 pada hari Rabu, Tanggal 01 Juni 2016
jam 23.00 WIB dengan keluhan yang sama ketika di IGD. Kesadaran compos mentis,
keadaan umum klien sakit sedang TTV : TD : 140/100 mmHg, Nd : 98 x/menit , RR :
19 x/menit , S : 36 °C. Klien di diagnosa CKD Anemia, dan diagnosa
keperawatanya adalah : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium. Intervensinya yaitu : Kaji status cairan ,
timbang berat badan harian, kesimbangan masukan dan haluran, turgor kulit dan
adanya edema, distensi vena jugularis, ttv, membatasi masukan cairan, Menjelaskan
pada klien rasional pembatasan cairan, bantu klien dalam menmghadapi
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan, pemberian terapi oral yaitu :
Allopurinol 100mg 1x1, nitrocaf 2.5mg, lansoprazol 30mg 1x1, folic acid 5mg
1x3, CaCO3 1mg 3x1. Kemudian
pada hari itu juga dilakukan tranfusi darah PRC: 300cc golongan darah B.
3.
Riwayat
Keperawatan
a.
Riwayat
kesehatan sekarang
Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas
selama 2 hari dan cepat lelah saat beraktivitas, edem tungkai kaki dibagian kaki kiri grade +1, lamanya
keluhan sudah 2 bulan. Selama sakit klien sering kontrol ke dokter dan minum
obat. Saat ini klien direncanakan untuk dilakukan pemasangan cimino untuk akses
HD.
b.
Riwayat
kesehatan masa lalu
Menurut keluarga klien memiliki riwayat DM,
Hipertensi dan Asam urat sejak 2 th yang lalu. Kemudian riwayat 1 th yang lalu
klien sering minum obat herbal dan jamu-jamuan. Klien sekarang adalah rawatan
ke 3 klien didiagnosa dokter CKD Anemia, klien pernah dirawat di Rumah Sakit
Islam Jakarta dengan diagnosa : CKD Anemia dan Gastritis pada tgl 14 Maret 2016 selama 2 minggu.
Kemudian riwayat pemakain obat selama 3 bulan sebelum masuk rumah sakit :
Allopurinol 100mg 1x1, Nitrocap 2.5mg, Lansoprazol 30mg 1x1, Folic acid 5mg
1x3, CaCO3 1mg 3x1.
c.
Riwayat
kesehatan keluarga
Klien anak pertama atau
anak tunggal. Orang tua klien sudah meninggal. Keluarga dari klien Tn.DJ
terutama dari keluarga Ny.s Orang tua klien mempunyai riwayat diabetes militus.
Klien memiliki tiga orang anak dan dua anaknya sudah tidak tinggal serumah,
klien tinggal serumah dengan istri dan satu orang anak.
Skema 3.1. Genogram Tn. DJ

![]() |
![]() |

![]() |
|||
![]() |
|||

KLIEN 62 Th
: Perempuan









: keturunan
d.
Riwayat
psikososial dan spiritual
Saat ini klien tinggal bersama istri dan satu anaknya. Komunikasi
dan interaksi dengan keluarga dan orang lain baik, setiap ada permasalahan
selalu di diskusikan dengan keluarga ( bersama – sama ), dan selalu diputuskan
bersama keluarga. Harapan klien terhadap penyakitnya ingin lekas sembuh
walaupun tidak maksimal dan ingin cepat kembali pulang dan kumpul dengan
keluarga. Peran sebagai ayah sebagai kepala rumah tangga. Hal yang sangat
dipikirkan saat ini klien merasa penyakit yang di deritanya sebagian ujian dari
allah. Klien sebelumnya pernah percaya dengan obat-obat herbal. Aktivitas agama
klien beribadah 5 waktu tidak di tinggalkan karena sebagai kewajiban yang harus
di laksanakan.
e.
Kondisi
Lingkungan rumah
Saat ini klien tinggal di Jl. Pondok ungu
Blok A, kel. Kali Abang, Kec. Bekasi utara, Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Menurut
keluarga keadaan rumah rapi dan lantainya tidak licin, ventilasi ketika pagi
sampai sore sering terbuka, posisi kamar mandi jauh dengan kamar tidur klien,
lingkungan dekat rumah klien padat penduduknya.
f.
Pola
Kebiasaan Sehari – hari
1)
Pola
Nutrisi
Sebelum
Dirawat
Sebelum sakit pola
kebiasaan makan klien adalah 3x/hari dengan menghabiskan 1 porsi makan, sayur,
lauk pauk, dan buah – buahan. Klien dan pada saat sebelum sakit nafsu makan
klien baik, tidak ada hambatan dalam hal mengkonsumsi makanan.
Saat
di Rawat
Pola makan klien tetap sama yaitu tiga kali dalam
sehari. Nafsu makan klien cukup baik, makanan yang di habiskan 1 porsi saja,
terkadang tidak habis dikarenakan perutnya kembung dan rongga mulut sariawan.
Saat ini klien mendapat diit rendah protein 60 gram.
2)
Pola
Eliminasi
Sebelum
Dirawat
Sebelum sakit klien
biasa buang air besar dua kali dalam sehari, konsistensinya lembek, warna feses
kuning. Sedangkan untuk buang air kecilnya lebih dari lima kali dalam sehari,
warnanya kuning bening.
Saat
di Rawat
Saat di rawat klien mengatakan buang air besarnya
yaitu satu kali dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning. Sedang kan
untuk buang air kecilnya terjadi perubahan yaitu dalam satu hari hanya dua
sampai empat kali saja (400 - 600cc/hari) dikarenakan klien dalam satu hari
hanya minum kira – kira dua gelas saja (900cc/hari), warnanya adalah kuning.
Dikarenakan penurunan fungsi ginjal.
3)
Pola
personal hygiene
Sebelum
Dirawat
Klien biasa mandi dua
kali dalam satu hari menggunakan sabun dan sampo, menggosok gigi dua kali sehari,
setiap mandi pagi dan sore sebelum tidur, klien dua kali dalam satu minggu
membersihkan rambutnya.
Saat
dirawat
Selama di rawat klien mandi di bantu sebagian oleh keluarga
dua kali sehari, klien menggosok gigi setiap habis mandi hanya satu kali, klien
mandi hanya dilap dengan air hangat karena klien kurang kurang kuat untuk
berdiri terlalu lama.
4)
Pola
istirahat tidur
Sebelum
Dirawat
Klien tidur slama
kurang lebih 6 jam /hari dan tidur siang 3 jam. Klien tidak mempunyai kebiasaan
sebelum tidur dan sesudah tidur.
Selama
dirawat
Klien tidur kurang lebih 6 jam/hari dengan sering
terbangun dan tidur siang 2 jam. Karena sudah bosan dengan suasana rumah sakit,
dan terkadang banyaknya pengunjung.
5)
Pola
aktivitas dan latihan
Sebelum
Dirawat
Aktivitas sehari – hari
klien yaitu bekerja sebagai pensiunan, klien olah raga jogging satu minggu
sekali dan mudah lelah setelah beraktivitas.
Selama
dirawat
Selama dirawat
aktivitas klien terganggu karena kurang terbiasa dengan suasana rumah sakit dan
klien ingin segera pulang, kaki klien terasa kaku dan berat jika untuk berjalan.
Aktivitas klien hanya ditempat tidur dan duduk buat nonton tv. Untuk perawatan
dirinya klien sebagian dibantu oleh keluarga.
4.
Pengkajian
Fisik
Keadaan umum klien
sakit sedang, Kesadaran klien Compos mentis, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening, berat badan klien 73 kg, bb kering setelah di HD 71 kg (BB ideal
:54-67 kg) tinggi badan 161 cm, tekanan darah klien 150/100 mmHg, nadi 91
x/menit, RR 16 x/menit, Suhu 36,6°C.
a. Sistem
penglihatan
Sitem penglihatan klien
baik, tidak terdapat tanda – tanda radang, tidak ada kelainan otot-otot mata,
pupil bereaksi terhadap rangsang cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata
normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera
ikterik, pupil isokor. Klien mengatakan riwayat glukoma.
b. Sistem
pendengaran
Fungsi pendengaran
klien normal, klien tidak menggunakan alat bantu dengar dan tidak mempunyai
gangguan keseimbangan, daun telinga normal, tidak ada serumen, dan tidak ada perasaan
di telinga.
c. Sistem
wicara
Dalam sistem wicara
klien baik, tidak ada disatria, menanggapi pembicaraan sesuai.
d. Sistem
pernafasan
Jalan nafas klien
bersih, klien tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas, frekuensi nafas
klien 16 x/menit, irama teratur, nafas dalam, tidak ada batuk, tidak ada
seputum, suara nafas vesikular, tidak ada nyeri saat bernafas.
e. Sistem
kardiovaskular
Nadi 91 x/menit dengan
irama teratur,tekanan darah klien 150/100 mmHg, tidak ada distensi vena
jugularis, temperatur kulit klien hangat, warna kulit klien pucat, pengisian
kapirelirevil <2 detik, odem tungkai kaki kanan grade + 1.
f. Sistem
hematologi
Tidak ada pendarahan, kongjungtiva pucat, hemoglobin
rendah 9.4 g/dl.
g. Sistem
saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit
kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS E: 4, M: 6, V: 5 total 15,
tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, pemeriksaan reflek fisiologis normal dan
reflek patologis tidak.
h. Sistem
pencernaan
Gigi ada karies, tidak
menggunakan gigi palsu, ada stomatitis di rongga mulut, bibir lembab, abdomen
kembung, bising usus 8 x/menit.
i.
Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka gangren.
j.
Sistem urologi
Balan cairan selama 24
jam. Intake : 1100 – 1795 + 1095 (Output + IWL) = - 695ml, tidak ada perubahan
pola kemih, BAK kuning, tidak ada ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan
sakit pinggang. Odem di tungkai kaki kanan karena adanya penumpukan cairan di
kaki.
k. Sistem
integumen
Turgor kulit baik,
temperatur kulit 36,6°C, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada
kelainan kulit, terjadi pembengkakan pada kulit daerah pemasangan infus, ada
bekas luka menjadi berwarna hitam di bagian siku tangan kiri dan bagian betis
kaki kiri, kulit kering.
l.
Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan
dalam pergerakan, klien tidak merasa sakit pada tulang sendi dan kulit, tidak
ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk dan struktur tulang belakang, klien
menggunakan alat bantu tongkat saat berjalan, kekuatan otot:
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
5
Pemeriksaan
Penunjang
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium
Hematologi rutin pada tanggal 01 Juni
2016
Hematologi
rutin
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai rujukan
|
HB
|
L 9.4
|
G/dl
|
13.2-17.3
|
Leukosit
|
8.33
|
Ribu/µl
|
3.80-10.60
|
Hematokrit
|
L 29
|
%
|
40-52
|
Trombosit
|
177
|
Ribu/µl
|
150-440
|
Eritrosit
|
L 3.26
|
10^6/ µl
|
4.40-5.90
|
MCV/VER
|
69
|
Fl
|
80-100
|
MCH/HER
|
29
|
Pg
|
26-34
|
MCHC/AHER
|
32
|
G/dl
|
32-36
|
Kimia Klinik
|
|||
Glukosa
Sewattu
|
127
|
Mg/dl
|
70-200
|
Ureum Darah
|
36
|
Mg/dl
|
10-50
|
Kreatinin
Darah
|
H 3.1
|
Mg/dl
|
<1.4
|
Elektrolit
|
|||
Masa
pendarahan
|
1.30
|
Menit
|
1.00-3.00
|
Masa pembekuan
|
4.30
|
Menit
|
4.00-6.00
|
Hasi penghitungan LFG

72 x
kreatinin plasma

223


223 223
= 25 ml/menit
Klasifikasi dari CRF
klien masuk gret 4, yang artinya kilen mengalami gagal ginjal tahap berat
(karena LFG klien 25%), Sudoyo,2015.
Penatalaksanaan terapi :
1. Terapi
oral
a. Allopurinol
100mg 1x1 jam 06.00 wib.
b. Nitrocaf
2.5mg 1x1 jam 06.00 wib.
c. Lansoprazol
30mg 1x1 jam 06.00 wib.
d. Folic
acid 5mg 1x3 jam 06.00 wib.
e. CaCO3
1mg 3x1 jam 06.00,
12.00, 18.00 wib.
2.
Diit tim DM 1700 RG3 60 gr protein.
3.
HD 2x seminggu pada hari Rabu dan Sabtu.
4. Rencanakan
untuk pemasangan cimino hari Selasa, tanggal 07 Juni 2016.
6
DATA
FOKUS
Data
subyektif, klien mengatakan :
· Kaki
bengkak di tungkai kaki bagian kanan
· Sariawan
· Minum
sedikit 2gls/hari (900cc/hari)
· BAK
2-4x/hari (400 – 600cc/hari)
· Badan
lemas sudah 2 hari
· Perut
kembung
· Cepat
lelah saat beraktivitas
· Kaki
kaku, berat saat berjalan
· Riwayat
1 th yang lalu sering minum obat herbal dan jamu-jamuan
· Terjadi
penurunan BB dalam 3 bulan terakhir 2 kg
Data
Obyektif ;
·
Keadaan umum klien sakit sedang
·
Kesadaran compos mentis
·
Edema tungkai grade +1
·
konjungtiva pucat dan anemis
·
GCS : (E : 4, V : 5, M : 6) = 15
·
TTV : TD : 150/100 mmHg, N : 91 x/menit, RR : 16 x/menit, S : 36,6°C
·
Aktifitas hanya di tempat tidur, kursi dan sebagian di bantu.
·
Tampak jalan menggunakan alat bantu
tongkat
·
BB: 73kg, TB : 161cm.
·
IMT : 28.1 (over weight), BB ideal klien
: 54 kg – 67 kg.
·
Porsi makan yang dihabiskan 1 p
·
Minum sdikit hanya 2-4 gelas/hari
(900cc/hari)
·
Balance cairan dalam 24jam yang terdiri
dari intake – output+IWL adalah 1100ml – (700 + 1095 = - 695 ml
·
lab Hb : L 9.4 g/dl , Ht : L 29 % , Eritrosit
: L 3.26 10^6/µl ureum : 36 mg/dl , kreatinin : H 3.1 mg/dl.
·
GFR : 25 % (berat)
·
Hasil RO thorak : Cardiomegali (05
Mei 2016)
7
ANALISA
DATA
Tabel 3.3 Analisa Data
NO
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1
|
DS:
klien
mengatakan bengkak di tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat saat di bawa
jalan.
DO:
·
Kulit kering dan pucat
·
Edem di tungkai kaki kanan garde + 1
·
Balan cairan : intake 1100 – (700 + 1095) = - 695
ml/hari (output+IWL)
·
Ureum : 36 mg/dl
·
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
·
GFR : 25 %
·
Penambahan berat badan 1 kg dari 73>74 kg
·
TD : 150/100 mmHg
|
Resiko
kelebihan volume cairan
|
Ketidakmampuan
ginjal mengsekresi air dan natrium
|
2
|
DS
:
klien
mengatakan perut kembung, badan lemas sudah 2 hari, sariawan dan BB turun 2
kg dalam 3 bulan terakhir.
DO
:
·
Keadaan klien sakit sedang
·
Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P
·
Klien terlihat lemas
·
Urin dalam 24 jam 600 cc
A.
: BB : 73 kg , TB : 161cm,
IMT
: 28.1 (over weight)
BB
ideal klien : 54 kg – 67 kg.
B.
: HB : L 9.4 g/dl
HT
: L 29 %
Ureum
: 36 mg/dl
Kreatinin
: H 3.1 mg/dl
C.
: konjungtiva anemis, rongga mulut sariawan,
abdomen kembung, bising usus 8 x/menit.
D.
: pola makan klien 3 x/hari, klien suka, Klien
tidak terlalu suka minum air putih, Diit tim 1700 RG3 60 gr protein.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
|
pembatasan
diit dan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
|
3
|
DS
:
klien
mengatakan lemas sudah 2 hari, mudah lelah saat beraktivitas, menggunakan
alat bantu tongkat saat berjalan, kaki kaku, berat saat berjalan dan bengkak
di tungkai kaki kanan.
DO
:
· Aktifitas
hanya di tempat tidur dan kursi
· Tampak jalan
menggunakan alat bantu tongkat
· Aktivitas
sebagian di bantu.
· Konjungtiva
pucat dan anemis
· Edema tungkai
grade +1
· HB : L 9.4
g/dl
· Ureum : 36 mg /
dl
· Kreatinin : H
3.1 mg/dl
|
Resiko
Intoleransi aktivitas
|
keletihan
dan anemia
|
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko kelebihan volume cairan
berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium di tandai
dengan :
DS:
klien mengatakan bengkak pada
tungkai bagian kanan dan kaki terasa berat saat di bawa jalan.
DO:
·
Kulit kering dan pucat
·
Edem di tungkai kaki kanan grade + 1
·
Balance cairan : intake 1100 – (700 +
1095) = - 695 ml/hari (output+IWL)
·
Ureum : 36 mg/dl
·
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
·
GFR : 25 %
·
Penambahan berat badan 1 kg dari
73>74 kg
·
TD : 150/100 mmHg
2.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi nutrien di tandai dengan :
DS :
klien mengatakan perut kembung,
badan lemas sudah 2 hari, sariawan dan BB turun 2 kg dalam 3 bulan terakhir.
DO :
·
Keadaan klien sakit sedang
·
Porsi makan yang dihabiskan hanya 1 P
·
Klien terlihat lemas
·
Urin dalam 24 jam 600 cc
A. :
BB : 73 kg
TB : 161cm
IMT : 28.1 (overweight)
BB ideal klien : 54 kg – 67 kg.
B. :
HB : L 9.4 g/dl
HT : L 29 %
Ureum : 36 mg/dl
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
C. :
konjungtiva anemis, rongga mulut sariawan, abdomen kembung, bising usus 8
x/menit.
D. :
pola makan klien 3 x/hari, klien suka, Klien tidak terlalu suka minum air
putih. Diit tim DM 1700 RG3 60 gr protein.
3.
Resiko Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan keletihan dan anemia ditandai dengan :
DS :
klien mengatakan lemas
sudah 2 hari, mudah lelah saat beraktivitas, menggunakan alat bantu tongkat
saat berjalan, kaki kaku, berat saat berjalan dan bengkak di tungkai kaki kanan.
DO :
·
Aktifitas hanya di tempat tidur dan
kursi
·
Tampak jalan menggunakan alat bantu
tongkat
·
Aktivitas sebagian di bantu.
·
Konjungtiva pucat dan anemis
·
Edema tungkai grade +1
·
HB : L 9.4 g/dl
·
Ureum : 36 mg / dl
·
Kreatinin : H 3.1 mg/dl
C.
Perencanaan
Keperawatan
Tabel 3.4
perencanaan
No
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan kperawatan kpada Tn. DJ slama 3 x 24 jam diharapkan Resiko
kelebihan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1.
Klien bebas dari edema
2.
Klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih
3.
BB stabil
4.
Turgor kuli normal
5.
Tidak ada oliguria
6.
Seimbang antara intake dan output
|
1.
Kaji status cairan dengan menimbang bb per hari,
keseimbangan intake dan output,
2.
Monitor tanda kelebihan/kekurangan cairan.
3.
Batasi dan jelaskan masukan cairan ( dengan minum
2 gelas / hari 900cc )
4.
Anjurkan klien mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan pengeluaran
5.
Kolaborasi persiapan klien untuk HD hari Rabu dan
Sabtu.
|
1.
Untuk mengetahui masukan dan pengeluaran cairan
2.
Untuk mengetahui adanya kekurangan / kelebihan
cairan
3.
Pembatasan cairan, pengeluaran urin, dan respon
terhadap terapi
4.
Untuk mengetahui keseimbangan intake dan output
5.
Agar keadaan klien terpantau untuk persiapan HD
selanjutnya
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan kperawatan kpada Tn. DJ slama 3 x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
1.
Asupan nutrisi adekuat
2.
Aupan makan dan cairan adekuat
3.
Konjungtiva tidak pucat dan Sariawan berkurang
4.
Hasil lab batas normal :
a.
HB : 13.2-17.3 g/dl
b.
HT : 40-52 %
c.
Ureum : 10-50 mg/dl
d.
Kreatinin : <1.4 mg/dl
|
1.
Kaji status nutrisi Pengukuran :
a.
Antropometri (BB, TB)
b.
Biokimia (Lab)
c.
Clinical (kondisi umum)
d.
Dietary (recall intake makanan)
2.
Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum dan
kreatinin.
3.
Anjurkan perawatan mulut
4.
Berikan obat oral :
a.
lansoprazol 30mg 1 tablet jam 06.00 wib
b.
folic acid 5mg 3 tablet jam 06.00 wib
5.
Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit rendah
protein 60 gram
6.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat ketosteril
|
1.
Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan
dan mengevaluasi intervensi
2.
Mengetahui perkembangan hasil lab klien
3.
Maningkatkan kenyamanan mulut
4.
pemberian obat oral agar keluhan dilambung dapat
berkurang
5.
Kolaborasi dengan ahli gizi untk pemberian diit
yang diberikan klien
6.
Agar kadar protein seimbang
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan kperawatan kpada Tn. DJ slama 3 x 24 jam diharapkan
intoleransi aktivitas tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1.
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri.
2.
Tanda-tanda vital normal
3.
Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat.
4.
Sirkulasi status baik.
|
1.
Monitor respon fisik, social dan spiritual.
2.
Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek.
3.
Berikan obat oral
CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00 wib
4.
Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
|
1.
Untuk mengetahui keadaan fisik dan spiritual klien.
2.
Agar klien dapat memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
3.
Agar keadaan klien dapat membaik terutama dengan
kondisi cepat lelah saat beraktivitas.
4.
Agar klien percaya diri dan tidak cepat putus asa.
|
D.
Pelaksanaan
Keperawatan
Tabel 3.5 pelaksanaan
Tgl/jam
|
No DX
|
Implementasi
|
Paraf
|
03/06/2016
08.00 wib
|
1
|
Mengkaji status cairan dengan menimbang BB per hari,
keseimbangan intake dan output
Respon
:
DS
: klien mengatakan BB : 73kg, minum hanya 2 gelas/hari 600cc/hari.
DO
: (intake – output) 1100 – 1795 = - 695 cc/hari
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
09.00 wib
|
1
|
Memonitor
tanda kelebihan/ kekurangan cairan
Respon :
DS
: klien mengatakan bengkak pada
tungkai kaki kanan grade + 1
DO
: balance cairan = - 695 cc
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
09.30 wib
|
1
|
Membatasi
dan menjelaskan intake cairan sesuai kebutuhan (minum 2 gelas/ hari 900cc)
Respon :
DS
: klien mengatakan mengerti dan klien hanya minum sedikit hanya 2 gelas 600cc.
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
10.00 wib
|
1
|
Menganjurkan
klien mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran
Respon
:
DS
: klien mengatakan “ iya nanti di catat “
DO
: klien tampak mengerti dan mau, karena sebelumnya sudah di beritau sama
perawat ruangan.
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
12.00 wib
|
1
|
Kolaborasi
persiapan klien untuk HD hari Rabu dan Sabtu
Respon
:
DS
: -
DO
: evaluasi tampak bengkak pada area tangan kiri yang akan dilakukan rencana
pemasanagan cimino.
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
09.00 wib
|
1
|
Mengkaji status cairan dengan menimbang BB per hari,
keseimbangan intake dan output
Respon
:
DS
: klien mengatakan BB masih sama seperti kemarin 73 kg minum hanya 1
gelas/hari 400cc.
DO
: (intake – output) 1050 – 1845 = - 795 cc/hari
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
09.30 wib
|
1
|
Memonitor
tanda kelebihan/ kekurangan cairan
Respon :
DS
:
DO
: tampak masih bengkak di tungkai kaki kanan grade +1, balance cairan = - 795
cc/hari
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
14.00 wib
|
1
|
Persiapan
klien untuk HD hari Rabu dan Sabtu
Respon
:
DS
: klien mengtakan sudah siap untuk mengikuti terapi HD.
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
08.10 wib
|
1
|
Mengkaji status cairan dengan menimbang BB per hari,
keseimbangan intake dan output
Respon
:
DS
: klien mengatakan minum 2 gelas/hari 800cc.
DO
: (intake – output) 1100 – 1795 = - 695 cc/hari
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
08.30 wib
|
1
|
Memonitor
tanda kelebihan/ kekurangan cairan
Respon :
DS
: -
DO
: balance cairan = - 695 cc/hari, tampak odem mulai berkurang dan klien
tampak tidak pucat lagi.
|
Renal yuli
setiawan
|
Tgl/jam
|
No DX
|
Implementasi
|
Paraf
|
03/06/2016
08.40 wib
|
2
|
Mengkaji
status nutrisi, pengukuran A, B, C, D
Respon
:
DS
: klien mengatakan “nafsu makan baik, tetapi sariawan”
DO
: A : BB : 73 kg , TB : 161cm,
BB ideal klien : 54 kg – 67 kg
IMT : 28 (overweight).
B : HB : L 9.4 g/dl
HT : L 29 %
Ureum
: 36 mg/dl
Kreatinin
: H 3.1 mg/dl
C : konjungtiva anemis
Rongga mulut tampak sariawan
Abdomen kembung, bising usus 8
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit tim DM 1700 Rg3 60 gr
protein.
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
09.20 wib
|
2
|
Monitor
lab hemoglobin, hematokrit, ureum dan kreatinin.
Respon
:
DS
: -
DO
: HB : L 9.4 g/dl (rendah)
HT : L 29 % (rendah)
Ureum
: 36 mg/dl (batas normal)
Kreatinin
: H 3.1 mg/dl (tinggi)
|
Renal yuli setiawan
|
03/06/2016
12.00 wib
|
2
|
Menganjurkan
perawatan mulut 2x sehari.
Respon
:
DS
: klien mengatakan “akan melakukan perawatan mulut”
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
06.00 wib
|
2
|
Memberian
obat oral lansoprazol 30 mg 1 tablet dan folic acid 5 mg 3 tablet jam 06.00 wib.
Respon
:
DS
: klien mengatakan obat diminum.
DO
: tidak muntah dan tampak obat diminum.
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
12.00 wib
|
2
|
Memberikan
makanan siang/sore diit tim 60 gr protein.
Respon
:
DS
: -
DO
: makanan bubur dan tampak klien habis 1 porsi
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
08.25 wib
|
2
|
Mengkaji
status nutrisi, pengukuran A, B, C, D
Respon
:
DS
: klien mengatakan “nafsu makan baik, tetapi sariawan mulai berkurang”
DO
: A : BB : 74 kg , TB : 161cm,
BB ideal klien : 54 kg – 67 kg
IMT : 29 (overweight).
B : HB : L 9.4 g/dl
HT : L 29 %
Ureum
: 36 mg/dl
Kreatinin
: H 3.1 mg/dl
C : konjungtiva anemis
Rongga mulut tampak sariawan
berkurang
Abdomen kembung, bising usus 10
x/menit
D : pola makan klien 3 x/hari
Diit tim DM 1700 Rg3 60 gr
protein.
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
10.00 wib
|
2
|
Mentibang
BB pada hari itu.
Respon
:
DS
: klien mengatakan “ bersedia”
DO
: hari jum’at, tanggal 04 juni 2016 terjadi penaikan BB : 73 > 74 kg.
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
06.00 wib
|
2
|
Memberian
obat oral lansoprazol 30 mg 1 tablet dan folic acid 5 mg 3 tablet jam 06.00 wib.
Respon
:
DS
: klien mengatakan obat diminum.
DO
: tidak muntah dan tampak obat diminum.
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
12.00 wib
|
2
|
Memberikan
makanan siang diit tim 60 gr protein.
Respon
:
DS
: klien mengatakan makan akan di habiskan 1porsi.
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
09.35 wib
|
2
|
Monitor
lab hemoglobin, hematokrit, ureum dan kreatinin.
Respon
:
DS
: -
DO
: belum ada rencana cek darah kembali
Tgl
: 1 juni 2016 :
HB
: L 9.4 g/dl (rendah)
HT
: L 29 % (rendah)
Ureum
: 36 mg/dl (batas normal)
Kreatinin
: H 3.1 mg/dl (tinggi)
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
10.10 wib
|
2
|
Mentibang
BB kering setelah kemarin HD.
Respon
:
DS
: klien mengatakan “ bersedia”
DO
: minggu, tanggal 05 juni 2016 terjadi penurun BB : 71 < 73 kg.
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
06.00 wib
|
2
|
Memberian
obat oral lansoprazol 30 mg 1 tablet dan folic acid 5 mg 3 tablet jam 06.00 wib.
Respon
:
DS
: klien mengatakan obat diminum.
DO
: tidak muntah dan tampak obat diminum.
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
11.00 wib
|
2
|
Kolaborasi
dengan dokter pemberian obat ketosteril
Respon
:
DS
: -
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
12.00 wib
|
2
|
Memberikan
makanan siang diit tim 60 gr protein.
Respon
:
DS
: makanan bubur dan klien akan mengahabiskan 1 porsi
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
Tgl/jam
|
No DX
|
Implementasi
|
Paraf
|
03/06/2016
08.15 wib
|
3
|
Memonitor
respon fisik, social dan spiritual.
Respon
:
DS
: -
DO
: tampak keadaan lemas hanya berbaring ditempat tidur.
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
08.50 wib
|
3
|
Membantu
klien untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek.
Respon
:
DS
: klien membutuhkan krek untuk aktivitas berjalan
DO
: klien tmapk sudah mempunyai krek.
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
12.00 wib
|
3
|
Memberikan
obat oral CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00
wib
Respon
:
DS
: klien mengatakan obat diminum.
DO
: klien terlihat obat diminum dan tidak muntah
|
Renal yuli
setiawan
|
03/06/2016
13.00 wib
|
3
|
Membantu
klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
Respon
:
DS
: klien mengatakan senang.
DO
: klien tampak senang dan termotivasi.
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
09.35 wib
|
3
|
Memonitor
respon fisik, social dan spiritual.
Respon
:
DS
: klien mengatakan beribadah sholat di
tempat kamar saja.
DO
: tampak keadaan masih lemas hanya berbaring ditempat tidur dan ke kamar
mandi.
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
12.00 wib
|
3
|
Memberikan
obat oral CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00
wib
Respon
:
DS
: klien mengatakan obat diminum.
DO
: klien terlihat obat diminum dan tidak muntah
|
Renal yuli
setiawan
|
04/06/2016
14.40 wib
|
3
|
Membantu
klien untuk pergi ke ruang HD menggunakan kursi roda
Respon
:
DS
: klien mengatakan “bersedia”
DO
: -
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
08.00 wib
|
3
|
Menganjurkan
ganti posisi dengan sering untuk aktivitas dan jemur badan pagi hari jam
08.00 – 10.00 wib
Respon
:
DS
: klien mengatakan “ bersedia “
DO
: klien tampak menjemur di lorong depan kamarnya.
|
Renal yuli
setiawan
|
05/06/2016
12.00 wib
|
3
|
Berikan
obat oral CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00
wib
Respon
:
DS
: klien mengatakan obat diminum.
DO
: klien terlihat obat diminum dan tidak muntah
|
Renal yuli
setiawan
|
E.
Evaluasi
Keperawatan
Berdasarkan
tindakan yang telah dilakukan dari tgl 03 – 05 juni 2016 maka evaluasi di ambil
pada hari terakhir yaitu :
Tabel 3.6 evaluasi keperawatan
HARI/
TANGGAL
|
NO DX
|
SOAP
|
PARAF
|
Minggu, 05/06/2016
|
1
|
Resiko
kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi
air dan natrium.
S
:
klien mengatakan tungkai masih bengkak bagian kanan. Klien mengatakan ketika
berjalan berat dan masih lemas, klien mengatakan mengerti tentang pembatasan
cairan.
O
:
· mukosa bibir
lembab
· Turgor kulit masih terlihat kurang elastis dan
masih tampak kering.
· Edema di
tungkai masih grade +1
· Balance cairan intake 1100 – output 1795 = -
695 ml/hari
· Lab : ureum :
36 mg/dl, kreatinin : H 3.1 mg/dl
· GFR : 25 %
· Penurunan BB 1
kg 71 < 73
· TD : 150/100
mmHg.
· Rencana
pemasang cimino tgl 7 juni 2016
A : Masalah Resiko kelebihan volume
cairan teratasi sebagian
P
: lanjutkan intervesi
1.
Kaji status cairan dengan menimbang bb per hari
2.
Keseimbanga intake dan output
3.
Batasi masukan cairan
·
|
Renal yuli
setiawan
|
Minggu, 05/06/2016
|
2
|
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake
diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
S : klien mengatakan “ nafsu makan baik“.
Klien mengatakan perut sudah tidak kembung, badan masih lemas dan sariawan
mulai berkurang.
O :
·
klien tampak sakit sedang, klien terlihat lemas,
mkan habis hanya 1p, berat badan mengalami penurunan 1 kg BB
·
A : BB : 71 kg, TB : 161 cm, IMT : 27.7 (overweight), BBI : 54 – 67 kg.
B : HB : L 9.4 g/dl, HT : L 29 % ureum
: 36 mg/dl, kreatinin : H 3.1 mg/dl.
C : konjungtiva merah muda, rongga
mulut sariwan berkurang, abdomen tidak kembung, bising usus 9 x/menit.
D : pola makan klien 3 x/haari, porsi
makan tidak tentu, klien minum sedikit, diit tim DM 60 gr protein.
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi
sebagian teratasi.
P : lanjutkan intervensi
1.
Kaji pengukuran ABCD
2.
Pemberian obat oral lansoprazol 30 mg 1 tablet dan
folic acid 5 mg 3 tablet jam 06.00 wib.
3.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat ketosteril
|
Renal yuli
setiawan
|
Minggu, 05/06/2016
|
3
|
Resiko
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia.
S : klien mengatakan masih lemas, menggunakan
alat bantu tongkat saat berjalan, kaki mulai tidak kaku saat berjalan dan
bengkak di tungkai kaki kanan mulai berkurang.
O :
·
Aktifitas masih tempat tidur dan kursi
·
Tampak jalan menggunakan alat bantu tongkat
·
Aktivitas sebagian masih di bantu.
·
Konjungtiva tidak pucat dan an anemis
·
Edema tungkai grade +1
·
HB : L 9.4 g/dl, Ureum : 36 mg / dl, Kreatinin : H
3.1 mg/dl.
A : Resiko Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keletihan dan anemia teratsi sebagian.
P : lanjutkan intervensi
1.
Monitor hasil lab hb, ht, ureum dan kreatinin.
2.
Berikan obat oral
CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00 wib
|
Renal yuli
setiawan
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan
atau membahas perbandingan antara teori dan praktek serta analisa faktor-faktor
penghabat atau pendukung yang disertai dengan alternative pemecahan masalah
pada Tn. DJ dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) di paviliun Melati Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih. Asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama tiga hari dari
tanggl 03 Juni 2016 sampai 05 Juni 2016 yang pembahasannya dibagi ke dalam
beberapa tahap yaitu :
A.
Pengkajian
Keperwatan
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format
yang telah disediakan, tetapi tidak jauh berbeda dengan format yang ada pada
tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan pengkajian secara
komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang meliputi aspek bio,
psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi klien.
Data hasil pengkajian penulis didapatkan dari hasil wawancara dengan klien dan
keuarga, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, catatan medis,
catatan keperawatan, serta bekerja sama dengan perawat ruangan, dan tim
kesehatan lainnya yang mendukung pengkajian.
Dari hasil pengkajian, klien di diagnosa Chronic Kidney Disease (CKD)
dan Anemia. CKD adalah kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang ditandai dengan
uremia, yang diakibatkan oleh kerusakan nefron dan glomerolus, penyebab CKD
adalah penyakit ginjal polikistik, glomerolunefritis kronis, pielonefritis
kronis, obstruksi urin kronis, nefropati hipertensi, nefropati diabetic, dan
nefropati gout. Diagnosa pada klien Tn. DJ dibuktikan dengan adanya
penurunan filtrasi Ginjal, hasil penghitungan GFR dengan menggunakan Creatinin
didapatkan hasil 25 %. Dengan ini menunjukan bahwa klien termasuk stadium
berat. Tn.
DJ mempunyai riwayat Hipertensi, DM, dan Asam urat sejak 2 th yang lalu dan
riwayat 1 th yang lalu klien sering minum obat herbal dan jamu-jamuan
yang menyebabkan dirinya menderit penyakit CKD. Pada pemeriksaan rontgen thorak
didapatkan kesan : Cardiomegali.
Didalam tinjauan kasus, penulis menemukan kesesuaian
etiologi dengan tinjauan teori yang ada yaitu Tn. DJ menderita CKD karena
diabetes militus, hipertensi dan asam urat yang sudah lama beliau derita,
mengakibatkan aliran darah menjadi kental sehingga aliran darah ke ginjal
menjadi lambat, darah yang kental mengakibatkan ginjal untuk bekerja lebih
keras, ginjal yang bekerja terlalu keras dan terlalu lama mengakibatkan ginjal
menjadi lemah nefron banyak yang mati
dan produksi vit D, Renin angio tensin, eritopoitin, sehingga terjadi CKD.
Kebutuhan dasar yang terganggu pada
Tn. DJ yaitu :
1. Kebutuhan
cairan, didapatkan data pada Tn. DJ terjadinya oedem pada tungkai kaki kanan grade +1, hipertensi TD
150/100 mmHg, kulit kering, tidak elastis, balance cairan
slama 24 jam yang terdiri dari intake 1100 ml dan output 1795 ml (1100-1795 +
IWL = - 695 ml / 24 jam), TD : 150/100 mmHg, suhu : 36,6°C, RR : 16 x / menit,
Nadi : 91 x / menit. hasil Lab ureum 36 mg/dl, kreatinin H 3.1 mg/dl.
2. Kebutuhan
nutrisi, didapatkan data pada Tn. DJ mengeluh sariawan,
perut kembung, mulut terasa tidak enak, BB : 73 kg, TB 161 cm, IMT : 28 konjungtiva
anemis, sclera ikterik, kulit pucat, Hb : L 9.4 g/dl, Ht 29 %, ureum 36 mg/dl,
kreatinin H 3.1 mg/dl.
3. Kebutuhan
aktivitas, didapatkan data pada Tn. DJ Aktifitas hanya di
tempat tidur dan kursi, Tampak jalan menggunakan alat bantu tongkat, Aktivitas
sebagian di bantu, Konjungtiva pucat dan anemis, Edema tungkai grade +1 membuat
jalan berat, HB : L 9.4 g/dl, Ureum : 36 mg / dl, Kreatinin : H 3.1 mg/dl.
Pemeriksaan
penunjang pada klien CKD menurut Sudoyo, 2015
:
Urinalisasi
: PH asam, SDP, SDM, berat jenis urin (24 jam), Hitungan darah lengakap :
penurunan hematokrit / HB , trombosit, leukosit, peningkaanj SDP.
Pemerikasaan
urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
Kimia
darah : kadar BUN, kreatinin, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida
abnormal. Uji pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal,
pemindaian ginjal, CT scan. EKG.
Poto
polos abdomen. Pemeriksaan penunjang yang diilakukan pada
klien diantaranya pemeriksaan rontgen thorak, laboratorium Hb, leukosit,
hematokrit, trombosit, eritrosit MCV/VER, MCH/HER, MCHC/KHER, Ureum darah,
Kreatinin darah, GDS, dan EKG pada 01 Juni 2016.
Pada
kasus Tn. DJ, untuk penatalaksanaan medis CKD dilakukan terapi farmakologis Allopurinol 100mg
1x1, nitrocaf 2.5mg, lansoprazol 30mg 1x1, folic acid 5mg 1x3, CaCO3 1mg 3x1. Memonitor
status cairan dengan menimbang bb per
hari, keseimbangan intake dan output, Monitor tanda
kelebihan/kekurangan cairan. Serta kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemeberian diit tim DM 1700 RG3 60 gr protein. Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi
komplikasinya dan juga mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berdasarkan
hasil pengkajian, terdapat beberapa kesenjangan yang penulis temukan pada
manifestasi klinis antara teori dengan kasus Tn. DJ pada kasus tidak ditemukan
manifestasi Krekels, pernapasan Kussmaul, Napas berbau amonia, ulserasi,
pendarahan pada mulut, mual, muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal, konfusi, disorientasi, kejang, panas pada telapak kaki,
perubahan perilaku, Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
Amenore dan atrofi testikuler.
Pada
kasus Tn .DJ beberapa pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan diruangan seperti
pemeriksaan Urinalisasi : PH asam, SDP, SDM, Pemerikasaan
urin : Warna PH, kekeruhan, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, CCT.
Kimia
darah : kadar BUN, kalium, kalsium, fosfor, natrium, klorida abnormal. Uji
pencitraan : IVP, ultrasonografi ginjal, pemindaian ginjal, CT scan,
Poto polos abdomen.
Dalam
melakukan pengkajian , adapun faktor pendukung yang penulis temukan dalam
melakukan pengkajian yaitu perawat ruangan yang sangat membantu dan adanya
status klien sehingga memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dan kerjasama
yang baik antara tim kesehatan lain seperti, dokter, petugas gizi, klien yang
sangat kooperatif. Adapun faktor penghambat yang ditemui saat melakukan
pengkajian seperti data yang penulis kaji kurang maksimal.
B.
Diagnosa
Keperawatan
Setelah proses pengumpulan data dan
analisa sesuai dengan masalah yang ditentukan, maka penulis merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan data-data tersebut.
Dari hasil analisa data maka
didapatkan lima diagnosa yang :
1. Resiko kelebihan
volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium. Diagnosa kelebihan
cairan terjadi karena penurunan fungsi ginjal terutama pada kinerja laju
filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi
cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal
tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam
tubuh yang meningkatkan sehingga klien terjadinya oedem pada tungkai kaki kanan
grade +1, hipertensi TD 150/100 mmHg, kulit kering, tidak elastis,
balance cairan slama 24 jam yang terdiri dari intake 1100 ml dan output 1795 ml
(1100-1795 + IWL = - 695 ml / 24 jam), TD : 150/100 mmHg, suhu : 36,6°C, RR :
16 x / menit, Nadi : 91 x / menit. hasil Lab ureum 36 mg/dl, kreatinin H 3.1
mg/dl.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit
dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien. Penulis mengakat diagnosa sesuai
dengan manifestasi yang dirasakan oleh klien yaitu mengeluh sariawan, perut
kembung (karena adanya penumpukan ureum di dalam sistem pencernaan, ureum yang
terlalu banyak dipencernaan merangsang naiknya HCL sehingga terjadi asam
lambung naik), mulut terasa tidak enak, BB : 73 kg, TB 161 cm, IMT : 28 konjungtiva
anemis, sclera ikterik, kulit pucat, Hb : L 9.4 g/dl, Ht 29 %, ureum 36 mg/dl,
kreatinin H 3.1 mg/dl.
3. Resiko
intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal bersamaan dengan GFR juga turun menyebabkan peningkatan kadar
fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Sehingga tubuh tidak berespon secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di
tulang menurun, berdasarkan data obyektif yang penulis temukan yaitu, Aktifitas
hanya di tempat tidur dan kursi, Tampak jalan menggunakan alat bantu tongkat,
Aktivitas sebagian di bantu, Konjungtiva pucat dan anemis, Edema tungkai grade
+1 membuat jalan berat, HB : L 9.4 g/dl, Ureum : 36 mg / dl, Kreatinin : H 3.1
mg/dl
Terdapat diagnosa yang tidak
tercantum dalam tinjauan teoritis. Diagnosa tersebut diantaranya :
1.
Gangguan perubahan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi paru : kompensasi melalui melalui alkalosis
respiratorik.
Tidak dicantumkan karena tidak
ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis meneggakan
diagnosa ini seperti penimbunan cairan di paru paru yang mengakibatkan pola
nafas klien terganggu dan tidak adanya tanda seperti batuk berdahak, kesulitan
untuk bernafas.
2.
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke jaringan
sekunder.
Tidak dicantumkan karena tidak
ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis meneggakan
diagnosa ini seperti riwayat stroke.
3.
Resiko Kerusakan intregritas kulit berhubungan
dengan efek uremia.
Tidak dicantumkan karena klien
sebelumnya sudah menjalani therapi HD sehingga tidak ditemukanya atau tidak ada
data yang kuat atau relevan penulis meneggakan diagnosa ini seperti gatal –
gatal.
4.
Resiko
penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung.
Tidak dicantumkan karena tidak
ditemukanya atau tidak ada data yang kuat atau relevan penulis meneggakan
diagnosa ini seperti nyeri di dada.
Penatalaksanaan terapi yang
tidak adekuat berhubungan dengan tekanan terapi CKD. Faktor pendukung yang
penulis temukan pada saat merumuskan masalah diagnosa adalah data yang relevan sehingga
memudahkan data merumuskan masalah keperawatan dan adanya bimbingan yang
mendukung terkumpulnya data yang memudahkan penulis mengangkat diagnosa. Adanya
faktor penghambat yang penulis temukan adalah beda merumuskan masalah
keperawatan diruangan hanya satu sehingga ada keterbatasan pengetahuan dalam
merumuskan diagnosa keperawatan bagi klien dengan CKD sedangkan di teori
masalah keperawatan lebih releven dan lebih terperinci.
C.
Perencanaan
Keperawatan
Dalam penyusunan rencana tindakan
menurut NANDA 2015; Dongoes 2012, penulis terlebih dahulu menentukan tujuan,
kriteria hasil, dan rencana tindakan yang sesuai dengan prioritas masalah yang
berdasarkan pada masalah yang mengancam kehidupan atau keselamatan berdasarkan
kebutuhan Hendersen,
diantaranya adalah:
1. Diagnosa
Resiko
kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium . Intervensinya sudah sesuai dengan
teori.
2. Diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien. Intervensinya sudah sesuai dengan
teori.
3. Diagnosa
Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia. Intervensinya
sudah sesuai dengan teori.
Penetapan waktu dan tujuan
disesuaikan berdasarkan kondisi klien diruangan. Penetapan kriterian hasil
(SMART) berdasarkan tujuan teoritis, Intervensi yang penulis buat dari diagnosa
pertama sampai ke tiga berdasarkan tinjauan kasus.
Kesenjangan dalam intervensi
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus adalah penulis tidak menuliskan semua
intervensi yang dilakukan penulis, yang ada pada tinjauan teoritis. Hal ini
karena intervensi yang dilakukan penulis, berdasarkan kebutuhan serta kondisi
klien saat ini. Dalam penyusunan perencanaan ini, penulis tidak mengalami
kesulitan karena telah bekerja sama dengan klien, keluarga dan perawat ruangan.
Namun demikian penulis mendapatkan perbedaan dalam penghitungan jumlah cairan
yang harus dikonsumsi klien.
Pada rencana keperawatan oleh
Tim perawat di ruangan Klien diberikan program cairan masuk 900cc, sesuai teori
klien CKD tanpa sesak nafas, kebutuhan cairan sesuai dengan pengeluaran yaitu
urine ditambah dengan IWL.
D.
Pelaksanaan
Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat setelah
perencanaan. Dalam tahap ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan keperawatan
disesuaikan dengan memperhatikan keadaan dan kondisi klien saat itu.
Pada tahap pelaksanaan keperawatan, penulis bekerja
sama dengan klien, keluarga, perawat, dan tim kesehatan yang mengacu pada pada
rencana tindakan di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
serta didukung dengan adanya pembimbing yang telah ditunjuk oleh institusi.
Diagnosa pertama Diagnosa Resiko
kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium. Implementasi prioritas yang
dilakukan adalah malakukan pemeriksaan tanda–tanda vital, tanda–tanda
vital dapat menggambarkan keadaan umum klien, mengkaji status cairan dengan
menimbang berat badan perhari dan intake serta output untuk mengetahui adanya
penambahan berat badan dan mengetahui masukan dan pengeluaran cairan, memonitor
tanda kelebihan atau kekurangan cairan untuk mengetahui adanya kelebihan atau
kekurangan cairan, membatasi masukan cairan (dengan minum 2 gelas per/hari
900cc), pengeluaran urin, dan respon terhadap terapi, menjelaskan kepada klien
tentang pembatasan cairan yang seharusnya dilakukan .
Diagnos kedua ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi nutrien. Implementasi prioritas yang dilakukan adalah Kaji
status nutrisi Pengukuran ABCD, Monitor lab hemoglobin, hematokrit, ureum dan
kreatinin. Anjurkan perawatan mulut, Berikan obat oral : lansoprazol 30mg 1
tablet jam 06.00 wib, folic acid 5mg 3 tablet jam 06.00 wib, Kolaborasi dengan
ahli gizi pemberian diit rendah protein 60 gram. Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat ketosteril.
Diagnosa ketiga Resiko intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keletihan dan anemia. Implementasi prioritas yang dilakukan
adalah Monitor
respon fisik, social dan spiritual, Bantu klien untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek, Berikan obat oral CaCO3 1mg 1 tablet jam 12.00 wib, Bantu klien
untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
Faktor pendukung dalam melakukan rencana
keperawatan ini adalah karena keluarga klien dan klien yang kooperatif, serta
adanya kerjasama dengan perawat ruangan dan tim dalam memberikan asuhan
keperawatan, sehingga tidak ditemukan hambatan dalam melakukan implementasi.
E.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi dinilai berdasarkan perkembangan yang
terjadi pada klien setelah dilakukan tindakan, mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan. Dalam mengevaluasi perkembangan klien, penulis
menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planing), sehingga dapat
diketahui, masalah yang teratasi, masalah teratasi sebagian, dan masalah yang
belum teratasi. Keberhasilan dari asuhan keperawatan ini bukan hanya tergantung
pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya, melainkan dari partisipasi klien
juga dukungan keluarga.
Berdasarkan
hasil evaluasi pada klien Tn. DJ yang dilakukan pada tanggal 03 Juni 2016
sampai 05 Juni 2016, diperoleh hasil
evaluasi berikut :
Diagnosa pertama Resiko kelebihan
volume cairan berhubungan dengan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air
dan natrium., masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan
“saya mengerti untuk membatasi cairan agar tidak kelebihan, minum 900cc/hari)”,
odem tungkai berkurang, klien masih
lemas, balance cairan selama 24 jam (- 695) yang terdiri dari intake 1100 ml
dan output 1795 ml.
Diagnosa kedua Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit dan ketidakmampuan
untuk mengabsorbsi nutrien, masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien
mengatakan “ sariawan berkurang, perut sudah tidak kembung”. Makan yang di sediakan habis 1 porsi, terjadi
penurunan berat badan yaitu dari 73 kg menjadi 71 kg.
Diagnosa ketiga Resiko Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
keletihan dan anemia teratasi sebagian dibuktikan dengan klien mengatakan masih
lemas, menggunakan alat bantu tongkat saat berjalan, kaki mulai tidak kaku saat
berjalan dan bengkak di tungkai kaki kanan mulai berkurang.
Diagnosa
yang belum teratasi di beritahukan kepada perawat atau CI untuk ditindak
lanjuti. Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi yaitu klien yang kooperatif
dan keluarga klien yang selalu memberikan motivasi agar klien cepat sembuh,
sedangkan faktor penghambat yang penulis temukan adalah pendokumentasian
didalam ruangan yang kurang lengkap sehingga sulit bagi penulis untuk melakukan
evaluasi akhir yang sesuai untuk klien. Oleh sebab itu solusi yang penulis
lakukan untuk masalah ini adalah dengan berbicara kepada CI agar lebih lengkap
lagi dalam malakukan pendokumentasian.
BAB V
PENUTUP
Setelah
pembahasan pada BAB sebelumnya yang menerangakan tinjauan teoritis, tinjauan
kasus serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus penulis akan
memberikan kesimpulan dan saran dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar pada
Tn. DJ dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) di Paviliun Melati Rumah Sakit Islam Jakarta Cemaka Putih yang dilaksanakan
pada tanggal 03 – 05 Juni 2016.
A.
Kesimpulan
Dalam teori telah disampaikan bahwa
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal. Dari hasil pengkajian Tn. DJ telah terjadi penurunan
fungsi ginjal sehingga kemampuan memfiltrasi hanya 25 ml/menit. jika dilihat
dari klasifikasi CKD menurut Sudoyo, 2015 Tn.
DJ mengalami CKD berat dimana kemampuan filtrasi ginjal 25% dari normal (90-100%).
Manifestasi yang penulis temukan pada Tn. DJ yaitu lemas, edema tungkai kaki
kanan garde +1, konjungtiva pucat dan anemis. Setelah data-data didapatkan, penulis
menemukan 3 diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien saat ini
yaitu :
1. Resiko
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi
air dan natrium
2. Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan intake diit
dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Resiko
intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia
Pada
rencana keperawatan sebagian besar penulis menyantumkan intervensi berdasarkan
hasil landasan teoritis dan kemudian disesuaikan dengan kondisi klien karena
ada beberapa intervensi yang tidak dapat dilakukan.
Pada saat penulis melakukan implementasi
sebagian besar dilaksanakan. Tetapi penulis menemukan beberapa hambatan seperti
pada saat menghitung banlace cairan per
24 jam, didalam pendokumentasian data – data yang diperlukan tidak didapatkan
dan tidak tersedianya hasil CCT. Tetapi semua bisa dibantu dengan kerjasama
yang baik antara penulis dengan klien dan bantuan dari perawat ruangan.
Tahap
akhir dari pemenuhan kebutuhan dasar yaitu evaluasi keperawatan, diagnosa yang
penulis temukan pada klien yang belum teratasi yaitu : Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengsekresi air dan natrium, Resiko
ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan intake diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien, Resiko intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan dan anemia. Untuk masalah keperawatan
yang belum teratasi akan dilanjukkan oleh perawat diruangan.
B.
Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap
perlu adanya peningkatan mutu pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar yang
diharapkan dapat membantu klien dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan menjadi lebih optimal. Disini penulis memberikan beberapa saran
kepada beberapa pihak yang diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan penyakit Chronic
Kidney Disease (CKD), dan saran tersebut diantaranya :
1. Penulisan
KTI Selanjutnya
Dalam menerapkan pemenuhan
kebutuhan dasar diharapkan penulis KTI selanjutnya dapat melakukan pengkajian
yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan
asuhan yang optimal bagi klien. Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu, hendaknya referensi untuk
kebutuhan dasar manusia pada gangguan sistem perlu diperbanyak.
2. Perawat
Ruangan
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk.
(2012). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta : Media
Action.
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
5. Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk. Jakarta: EGC.
Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Jakarta: Litbang.
Mansjoer,
A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Medical
Record RSIJ Cempaka Putih. (2016). Data
Pasien CKD yang Di Rawat Inap 3 Bulan Terakhir. Jakarta: tidak di
publikasi.
Potter,
P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Alih bahasa: Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. & Lorraine M.
Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume
2. Jakarta : EGC. 2010.
Smeltzer & Bare.
(2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia
Kimin. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2014.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Suwitra K. Penyakit
Ginjal Kronik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al., 3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing 2015 : 1035-1040.
Wong,
D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran.
Patofis pathway kok gk ada?
BalasHapusAda kok Patof nya saya pakai gangguan perkebutuhan dasarnya. Bukan patof permasalah diagnosis nya.
HapusMy life is beautiful thanks to you, Mein Helfer. Lord Jesus in my life as a candle light in the darkness. You showed me the meaning of faith with your words. I know that even when I cried all day thinking about how to recover, you were not sleeping, you were dear to me. I contacted the herbal center Dr Itua, who lived in West Africa. A friend of mine here in Hamburg is also from Africa. She told me about African herbs but I was nervous. I am very afraid when it comes to Africa because I heard many terrible things about them because of my Christianity. god for direction, take a bold step and get in touch with him in the email and then move to WhatsApp, he asked me if I can come for treatment or I want a delivery, I told him I wanted to know him I buy ticket in 2 ways to Africa To meet Dr. Itua, I went there and I was speechless from the people I saw there. Patent, sick people. Itua is a god sent to the world, I told my pastor about what I am doing, Pastor Bill Scheer. We have a real battle beautifully with Spirit and Flesh. Adoration that same night. He prayed for me and asked me to lead. I spent 2 weeks and 2 days in Africa at Dr Itua Herbal Home. After the treatment, he asked me to meet his nurse for the HIV test when I did it. It was negative, I asked my friend to take me to another nearby hospital when I arrived, it was negative. I was overwhite with the result, but happy inside of me. We went with Dr. Itua, I thank him but I explain that I do not have enough to show him my appreciation, that he understands my situation, but I promise that he will testify about his good work. Thank God for my dear friend, Emma, I know I could be reading this now, I want to thank you. And many thanks to Dr. Itua Herbal Center. He gave me his calendar that I put on my wall in my house. Dr. Itua can also cure the following diseases ... Cancer, HIV, Herpes, Hepatitis B, Inflammatory Liver, Diabetis, Bladder Cancer,Colorectal Cancer,HPV,Breast Cancer,Kidney Cancer,Prostate Cancer,Glaucoma., Cataracts,Macular degeneration,Cardiovascular disease,Lung disease.Enlarged prostate,Osteoporosis.Alzheimer's disease,
BalasHapusDementia.Weak Erection,Love Spell,Leukemia,Lun,Fribroid,Infertility,Parkinson's disease,Inflammatory bowel disease ,Fibromyalgia, recover your ex. You can contact him by email or whatsapp, @ .. drituaherbalcenter@gmail.com, phone number .. + 2348149277967 .. He is a good doctor, talk to him kindly. I'm sure he will also listen to you.